Showing posts with label Astronomi. Show all posts
Showing posts with label Astronomi. Show all posts

Saturday, September 17, 2016

Apa yang Dimaksud 'Tahun Cahaya'?




Ketika membaca berita yang menyatakan adanya planet Proxima b yang mengorbit bintang Proxima Centauri, di sana mengatakan bahwa sang planet dan bintang induknya terletak 4,2 tahun cahaya dari Bumi. Sudah tahukah Anda apa itu "tahun cahaya"?

Singkatnya, "tahun cahaya" bukanlah satuan waktu, melainkan satuan jarak. Sama halnya dengan meter, kilometer maupun mil. Tahun cahaya adalah satuan jarak yang digunakan para astronom untuk mengukur jarak di luar angkasa. Satu tahun cahaya didefinisikan oleh seberapa jauh seberkas cahaya melakukan perjalanan dalam satu tahun.

Mengapa menggunakan cahaya sebagai satuan jarak? Satuan tahun cahaya didasarkan pada kecepatan cahaya dalam menempuh suatu jarak. Di mana dalam satu detik, cahaya dapat menempuh jarak 299.792.458 meter per detik (ms^-1) atau apabila dibulatkan menjadi 300.000 km/detik.  Pada kecepatan itu, Anda dapat mengelilingi Bumi hampir delapan kali dalam satu detik.

Sangat cepat, bukan? Tentu lebih cepat dari bepergian dengan kereta api atau pesawat udara. Dengan kecepatan cahaya, perjalanan ke Bulan bahkan hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah detik. Dan perjalanan ke Matahari membutuhkan waktu sekitar delapan menit saja!

Fakta bahwa cahaya membutuhkan waktu untuk tiba di suatu tempat di alam semesta memiliki efek samping yang menarik. Jika cahaya dari Matahari saja membutuhkan waktu delapan menit untuk sampai ke Bumi kita, maka cahaya yang saat ini menyinari Bumi adalah cahaya Matahari delapan menit yang lalu.

Terdengar aneh? Sepertinya tidak, sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang sudah akrab dengan Anda. Jika Anda pernah melihat petir, Anda akan melihat cahaya kilat dan kemudian beberapa detik kemudian Anda mendengar suara gemuruh. Hal tersebut disebabkan karena cahaya bergerak lebih cepat dari suara.

Alasan utama untuk menggunakan "tahun cahaya" sebagai satuan jarak di alam semesta adalah karena jarak alam semesta itu sendiri yang amat sangat luar biasa besar. Jika kita tetap berpegang pada satuan jarak mil atau kilometer, cukup sulit mengingat jarak bintang Proxima Centauri yang terletak pada 3.974.000.000.000 kilometer jauhnya.

Dengan menggunakan satuan tahun cahaya, yang mana 1 tahun cahaya setara 9,4 triliun kilometer, maka jarak dari Bumi ke Proxima Centauri adalah hanya 4,2 tahun cahaya. Dengan kata lain, cahaya dari bintang Proxima Centauri membutuhkan waktu sekitar 4,2 tahun untuk sampai di mata kita di Bumi.

Nah, dengan jauhnya jarak antar benda di alam semesta tersebut, maka digunakanlah satuan cahaya sebagai satuan jarak. Hal ini serta merta untuk memudahkan pembelajaran dan penelitian di bidang astronomi yang "laboratorium"-nya adalah alam semesta.

Kelahiran Lubang Hitam Berhasil Diamati untuk Pertama Kalinya



Untuk pertama kalinya, sebuah tim astronom internasional telah menyaksikan kelahiran sebuah lubang hitam yang berjarak kira-kira 20 juta tahun cahaya dari Bumi kita.

Selama ini, para astronom berpikir bahwa lubang hitam bisa terbentuk ketika bintang maharaksasa yang mencapai akhir hidupnya runtuh, dan data baru dari Teleskop Antariksa Hubble ini mungkin akhirnya mengkonfirmasi hipotesis pembentukan lubang hitam tersebut.

"Ini mungkin merupakan sebuah petunjuk langsung pertama tentang bagaimana runtuhnya sebuah bintang dapat menyebabkan pembentukan lubang hitam," kata astronom Avi Loeb dari Harvard University, yang bukan bagian dari penelitian terbaru ini, dilansir InfoAstronomy.org dari New Scientist.

Tim astronom internasional yang dipimpin oleh Christopher Kochanek dari Ohio State University menemukan sebuah lubang hitam yang baru terbentuk ketika sedang meneliti data yang sebelumnya dikumpulkan oleh Teleskop Antariksa Hubble pada bintang maharaksasa merah yang dikenal sebagai N6946-BH1.

Menurut Kochanek, N6946-BH1, sebuah bintang yang kira-kira 25 kali lebih besar dari Matahari kita, telah diamati sejak tahun 2004 silam. Sejak saat itu pula, Hubble telah menjaga pandangan ke gerakan dan aktivitas bintang tersebut.

Setelah menyisir data tentang bintang ini, tim astronom Kochanek mengatakan mereka telah menemukan bahwa bintang tersebut meledak pada tahun 2009, menjadi sekitar 1 juta kali lebih terang dari Matahari, hingga akhirnya perlahan-lahan memudar.

Dengan membandingkan data lama tadi dengan pengamatan baru Hubble, tim astronom Kochanek menemukan bahwa bintang tersebut tidak lagi memancarkan cahaya dalam panjang gelombang cahaya tampak, tim astronom ini lantas mencurigai bahwa N6946-BH1 mungkin telah memicu kelahiran lubang hitam.

Hipotesisnya adalah bahwa, N6946-BH1 mungkin telah runtuh dalam beberapa tahun terakhir, dan "ledakan" terang pada tahun 2009 adalah hasil dari bintang maharaksasa merah tersebut yang melontarkan neutrinonya ke segala arah.

Bintang N6949-BH1 mungkin telah runtuh ke dalam gravitasinya sendiri, yang memungkinkan elektron untuk bergabung kembali dengan ion hidrogen yang mengapung di sekitarnya reruntuhan bintang tersebut, sebuah proses yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kelahiran lubang hitam bermassa bintang (stellar-mass black hole).

Jika skenario ini benar, secara otomatis Hubble baru saja meneliti untuk pertama kalinya dari kelahiran lubang hitam, meskipun penyelidikan lebih lanjut masih sangat diperlukan untuk membuktikannya.

Untuk mengkonfirmasi kelahiran lubang hitam, tim astronom ini perlu untuk menyusun sejumlah kemungkinan lain yang bisa menjelaskan apa penyebab bintang N6949-BH1 menyala terang dan lalu menghilang. Misalnya seperti kemungkinan ia bergabung dengan bintang lain, atau mungkin bintang tersebut bersembunyi dari pandangan Hubble karena terhalang benda angkasa lain.

Untuk mempercepat penelitian, tim astronom Kochanek berencana untuk melanjutkan pengamatan mereka dengan Teleskop Antariksa Hubble dan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA. Dengan bantuan kedua teleskop bertenaga tinggi ini, mereka akan mampu mengumpulkan data yang mereka butuhkan untuk mengkonfirmasi (atau justru menyangkal) hipotesis di atas.


Sunday, September 11, 2016

Kehadiran Planet Ke-9 Picu Kiamat di Tata Surya?

Membahas penelitian baru di University of Warwick mengusulkan, kiamat bagi sistem tata surya kita bisa jadi disebabkan ikannya kemunculan Planet sembilan setelah Matahari matiPlanet sembilan 'ditemukan' oleh Dimitri Veras dari Departemen penjajagan University of Warwick. Ia meyakini bahwa planet yang belum diketahui keberadannya itu terdapat di luar sistem tata surya kita.

Hasil gambar untuk planet nine

Menurutnya, Planet sembilan kemungkinan akan menghancurkan dan melenyapkansetidaknya satu dari planet-planet raksasa yang akan menyebabkan efek 'pinball' ke planet di sebelahnya.

Dikutip dari laporan dunia ilmu pengetahuan, Kamis (8/9/2016), penelitian tersebutmeyakini bahwa Matahari akan mati dalam tujuh miliar tahun ke depan. Pada saat itu, bintang besar itu akan mengembang, meledak, dan kehilangan setengah massanyaLedakan tersebut kemungkinan akan berjudulMenelan Bumi dan planet lain di dekatnya, menembus Matahari berubah menjadi katai putih--bintang yang s tak bersinar lagi. Kekuatan memanfaatkan dari ledakan itu diprediksi cukup kuat untuk mendorong Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus ke jarak yang lebih aman.

Namun jika Planet sembilan menu-menu ada, kelangsungan empat planet itu akan terancamPasalnya, planet tersebut akan mendorong Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus ke dalam ritme yang mematikan berpeluang memicu kehancuran total dari sistem tata suryaVeras menggunakan kode unik untuk membuat simulasi dan model guna menunjukkan kemungkinan posisi Planet sembilan yang menentukan 'nasib' tata surya kita.

Jika Planet sembilan memang berukuran sangat besar dan terletak jauh dari tata surya kita, terdapat kesempatan besar bagi planet itu untuk menciptakan kehancuran bagi empat planet yang tersisaPenelitian berjudul "Nasib tata surya analog dengan satu planet jauh tambahan" tersebut, bertujuan untuk memahami arsitektur planet di alam semesta. Studi itu tlah dipublikasi di bulanan pemberitahuan dari Royal Astronomical Society.

Serupa dengan penelitian itu, studi lain menunjukkan bahwa hampir setengah dari katai putih memiliki sampel batuan yang kemungkinan berasal dari puing-puing bernasib serupa dengan apa yang dilakukan oleh 'Planet sembilan' tata suryaNamun, kematian Matahari dapat membuka jalan bagi evolusi sistem planet lain dengan menggunakan planet puing-puing yang bertabrakan.


Hasil gambar untuk planet nine


"Keberadaan planet besar berjarak jauh bisa mengubah nasib tata surya kita. Uranus dan Neptunus, khususnya, mungkin tak lagi aman dari pergolakan kematian Matahari,"jelas Veras dalam Phys.org.

"Nasib tata surya akan bergantung pada massa dan sifat orbit dari Planet sembilan, jika planet itu ada menu-menu," imbuh dia.

Veras menambahkan, Matahari pada masa yang akan datang mungkin akan berubah menjadi katai putih yang tercemar oleh puing-puing berbatu, di mana Planet sembilan bertindak sebagai katalis polusiMenurutnya, Matahari yang berubah menjadi katai putih itu mencerminkan pengamatan katai putih berbaring di seluruh Bima Sakti.

Nah.. itulah sekilas informasi tentang Kehadiran Planet ke-9.. Bermanfaat bukan?